Sabtu, 12 Januari 2008

UISU

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Singkatan/sebutan: UISU
Alamat : Jl. Sisingamangaraja Teladan, Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota, Kotak Pos 1217, Medan 20217, Sumatera UtaraTelepon : (061) 7869790Faks.: (061) 7860916Website: www.uisu.ac.idE-mail: ftuisu@indosat.net.id, info@uisu.ac.id
Rektor: Prof. Dr. Ir. H. Usman NasutionMasa jabatan: 2004-2008

Sejarah Singkat
Tanggal Berdiri: 7 Januari 1952
Pendiri: H. Bahrum Jamil (alm), Adnan Benawi, Sariani A.S., Rivai Abdul Manaf (alm), dan Sabaruddin Ahmad
Universitas pertama di luar Pulau Jawa ini didirikan oleh sekelompok pemuda Islam yang 'awam' pendidikan tinggi, hanya lulusan SMA yang belum pernah kuliah, bahkan di antaranya masih duduk di SMA. Dimulai dengan Fakultas Hukum, disusul Fakultas Agama dan Fakultas Ekonomi. Berikutnya, 1957, Fakultas Sastra dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) didirikan. Tiga tahun kemudian dibuka Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah, sedangkan Fakultas Agama diubah menjadi Fakultas Syariah. Dilanjutkan dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Pertanian pada 1964, serta Fakultas Kedokteran pada 1965. Pada 1993, program pascasarjana Magister Manajemen diselenggarakan UISU. Kemudian pada 1997, Fakultas Syariah digabung dengan Fakultas Tarbiyah menjadi Fakultas Agama Islam (FAI). Sedangkan Fakultas Dakwah berdiri sendiri sebagai Sekolah Tinggi di bawah Yayasan UISU

Profil
Luas kampus:
1. Kampus Induk Al Munawarah Teladan: 18.785 m2,
2. Kampus Fakultas Kedokteran , Jl. Sisingamangaraja 2 A Medan: 3.765 m2,
3. Kampus Fakultas Pertanian, Jl. Sisingamangaraja 191 Teladan Medan: 1.000 m2,
4. Rumah Kaca/Kassa dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jl. Karya Wisata Pangkalan Masyhur Medan: 37.000 m2,
5. Kebun Percobaan/Produksi: 4,6 hektare,
6. Gunung Tua: 30 hektare, 7. Telun Kenas: 17 hektare, 8. Mancang: 7 hektare

Fasilitas Kampus:
Jumlah ruang kuliah: 96Perpustakaan pusat: luas 900 m2 (Perpustakaan Pusat, dan Fakultas), koleksi buku: 20.549 judul, 47.231 eksemplarLaboratorium: 43 unit (Fakultas Pertanian, Kedokteran, Teknik dan Komputer, Bahasa)Lembaga penelitian: adaUnit Kegiatan mahasiswa: adaFasilitas lain: lapangan olahraga, Bank BNI

DANAU TOBA DANAU KITA JUGA

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100km x 30km di sumatera utara,Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau samosir Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Asal-usul
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. bill rose dan Craig Chesner dari Michigan Technology University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800km3, dengan 800km3 batuan ignimbrit dan 2000km3 abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar ribuan saja.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir

Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis.
Tuktuk adalah pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dihubungkan dengan feri penyeberangan. Selain perhubungan air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat di mana Pulau Samosir dan Pulau Sumatera berhubungan.
Pulau Samosir sendiri terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba-Samosir.
Di pulau ini juga terdapat dua buah danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang mendapat julukan "danau diatas danau".

Dulu Danau Toba menggaung baik di dalam maupun mancanegara sebagai tempat wisata yang prestisius, salah satu kebanggaan negeri ini. Gaung indahnya Danau Toba mendorong siapa pun ingin ke sana, yang hanya ditempuh melalui Bandar Udara Polonia, Medan, kurang lebih 4 jam berkendaraan mobil.Danau Toba itu berbeda dari danau lain yang ada di Asia. Danau yang terbentuk 80.000 tahun lalu dari letusan gunung berapi ini berada 906 m di atas permukaan laut sehingga temperatur di sana sejuk sepanjang tahun sekitar 20 derajat Celcius. Kedalaman Danau Toba sekitar 150 m dengan luas sekitar 1265 km2 belum termasuk pulau Samosir di tengah danau yang kelilingnya berukuran 90km, atau sekitar 8 jam dikelilingi dengan perahu motor. Pulau Samosir dicapai dengan perahu motor atau feri dari Kota Parapat hanya sekitar 30 menit. Ada juga feri berjadwal satu jam sekali, ke dan dari pulau Samosir mulai jam 07.00 –19.30 WIB. Penginapan mulai homestay sampai hotel berbintang ada, fasilitas kafé, restauran, perpustakaan sederhana, serta internet café tersedia. Fasilitas tersebut berada di desa di tengah kehidupan masyarakat tradisional pulau Samosir .Pada bukit-bukit hijau pulau Samosir terdapat air terjun yang terlihat seperti garis putih dari tengah bukit hingga ke bawah bukitnya bila dipandang dari kejauhan. Bila dilihat lebih dekat lagi ternyata merupakan semburan aliran air bening, Belum lagi pemandangan bukit dengan pohon pinus dan rumput hijau yang mengelilingi Danau Toba.Duh indah sekali , kita jadi bertanya sendiri kenapa orang tidak ke Danau Toba?Perjalanan menuju Danau Toba mulai dari Medan hingga Kota Parapat baik melalui Tebing Tinggi, dan Pematang Siantar, atau rute turis mulai dari desa Pematang Purba-Karo sampai Brastagi sama menyenangkannya.Melalui Tebing Tinggi dan Pematang Siantar dapat dilihat suasana masyarakat tradisional yang religius, kebiasaan-kebiasaannya, termasuk kebiasaan makanannya. Perjalanan melalui rute turis, yakni mampir ke daerah Simarjarunjung, lalu ke rumah bolon Pematang Purba, dan melihat air terjun si Piso-Piso di Tongging, Karo dan ke pasar Brastagi menjadi perjalanan wajib untuk melengkapi wisata ke Danau Toba. Alangkah berkesan wisata di sekitar Danau Toba. Yang dewasa ini akan terbersit dalam benak adalah kenapa sepertinya sentuhan perhatian pada objek wisata di sekitar Danau Toba tidak lagi ada?Sekarang tinjaulah, sedikitnya 6 tahun sudah Danau Toba menderita karena drastisnya penurunan kunjungan turis. Beberapa sarana publik dan fasilitas di Danau Toba khususnya di tourist spots, terlihat sudah jauh di bawah standar pemeliharaan. Saat datang ke Ambarita Village sebelum menginjakkan kaki di dermaga dari perahu motor, guide akan menyarankan untuk berhati-hati melangkah di dermaga. Lantai kayu pada beberapa bagian telah lapuk, khawatir tamu terperosok jatuh.Toko-toko souvenier yang berdinding kayu tidak disenikan padahal mereka menjual barang seni sebagai buah tangan para wisatawan. Deretan toko berdinding kayu pucat yang membentuk lorong, akan menyambut kita di hampir semua tempat turis di sana. Ada rasa prihatin dari kondisi buram pertokoan ini.Di Tomok di mana sejarah makam Raja Sidabutar yang ratusan tahun berada , sudah sejak 25 tahun lalu tidak pernah disentuh oleh upaya perbaikan agar terlihat menarik, sebaliknya yang ada kesan semaunya dan penuh ketidakpedulian.Di Tongging , pemandangan di sebelah utara Danau Toba, saat mengunjungi lokasi air terjun si Piso-Piso, di sana-sini tersebar sampah, rumput yang tidak terawat, tidak ada kamar kecil dan sejenisnya untuk kepentingan umum. Orang asing pasti geleng kepala. Malas untuk kembali lagi.Sebenarnya masih ada beberapa fakta kelalaian pemeliharaan terhadap objek wisata di sana, tapi masyarakat tidak dapat disalahkan. Namun, Anda pun niscaya akan bertanya mengapa pemerintah setempat tidak ambil perduli? Di mana saat ini semua destinasi wisata bersaing terutama dalam mendatangkan inbound tourist, objek wisata tidak semestinya dibiarkan begitu saja, asal ada. Perlu peningkatan kualitas destinasi walau belum ada spot tourist yang baru . Aspek keindahan, kebersihan, dan kenyamanan telah luput dari perhatian pengelola objek wisata. Itulah aspek yang akan memikat wisatawan untuk berbondong-bondong ke Danau Toba. Maka tinjaulah Danau Toba.

HAPPY NEW YEAR 2008

DELI SERDANG


Sejarah

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk Kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 Km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi).

Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk Permusyawaratan Rakyat se Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional.

Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan NRI, sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tdak bersedia.

Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang Dasar 1945.

Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Deli en Serdang, Afdeling ini dipimpin seorang Asisten Residen beribukota Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontelir.
Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur tanggal 19 April 1946, Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam). Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu ibukota berkedudukan di Perbaungan. Kemudian dengan Besluit Wali Negara tanggal 21 Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibukota Medan meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagei.

Pada tanggal 14 November 1956. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah ( DPD).
Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang adalah tanggal 1 Juli 1946.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di daerah inipun telah terjadi beberapa kali.

Tercatat dalam sejarah bahwa Bupati pertama di Kabupaten Deli Serdang adalah Moenar S. Hamidjojo, kemudian Sampoerno Kolopaking, setelah itu Wan Oemaroeddin Barus (1 Februari 1951 s.d 1 April 1958), Abdullah Eteng (1 April 1958 s.d 11 Januari 1963), Abdul Kadir Kendal Keliat (11 Januari 1963 s.d 11 November 1970), Haji Baharoeddin Siregar (11 November 1970 s.d 17 April 1978), Abdul Muis Lubis ( 17 April 1978 s.d 3 Maret 1979), H. Tenteng Ginting (3 Maret 1979 s.d 3 Maret 1984 ), H. Wasiman ( 3 Maret 1984 s.d 3 Maret 1989), H. Ruslan Mansur ( 3 Maret 1989 s.d 1994 ), H. Maymaran NS (3 Maret 1994 s.d 3 Maret 1999), Drs.H. Abdul Hafid, MBA (3 Maret 1999 s.d 7 April 2004), dan sejak tahun 2004 (periode 2004 s.d 2009) dijabat oleh Drs. H. Amri Tambunan.

Perjalanan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang, tercatat beberapa Bupati didampingi oleh seorang wakil Bupati. Pada pertengahan periode kepemimpinan (1997) H. Maymaran. MS, beliau didampingi oleh seorang wakil Bupati Drs. H. Rayo Usman Harahap, sesuai dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor 132.22-141 tanggal 24 Februari 1977. Jabatan Wakil Bupati berlanjut dijabat oleh Drs. H. Rayo Usman Harahap pada periode Drs. H. Abdul Hafid, MBA. sampai dengan tahun 2002. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, jabatan Wakil Bupati merupakan satu paket dengan Bupati yang dipilih oleh anggota legislatif. Tahun 2003, Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang, terpilih Drs. H. Amri Tambunan yang berdampingan dengan Drs. Yusuf Sembiring, MBA., MM. sebagai Wakil Bupati untuk periode 2004 sampai dengan 2009.
Demikian pula halnya di legislatif, pimpinan di lembaga inipun sudah silih berganti mulai dari Ketua Dewan dijabat oleh Bonar Ginting, H. Mahmud Hasan, T.A. Muhaid Arief, dan Kapten M. Selamat.kemudian pada priode berikutnya terpilih menjadi Ketua Dewan adalah Letkol Gus Masinan, BA (1971 s.d 1982), H.M. Rizan ( 1982 s.d 1987),

T. Abunawar Alhaj (1987 s.d 1992), H. Iping Safei dilanjutkan oleh Usman DS (1992 s.d 1997), Kolonel Drs. H. Nusrin Siregar (1997 s.d 1999), Naik Tarigan, BBA ( 1999 s.d 2004) dan sejak tahun 2004 sampai saat ini Ketua DPRD Kabupaten Deli Serdang dijabat oleh H. Wagirin Arman.

Sedangkan Sekretaris Wilayah Daerah (saat ini berubah nama menjadi Sekretaris Daerah), juga sudah silih berganti, mulai dari H. Baharoeddin Siregar, Mbra Barus, Mabai Tarigan, H. Abdul Muis Lubis, Mohd. Zaini Dahlan, SH, Drs. Sonny Sembiring, Zainal Arifin, SH, Drs. H. Aman Ginting, Drs. H. Azis Fachri Harahap, H. Abdul Salam Pane SH, Drs. H. Zainul Aris, Drs.H.Chairullah, S.I.P, MAP, Pelaksana Sekda Ir. H. Marapinta Harahap, MAP, MM, dan saat ini dijabat oleh Ir. Djaili Azwar, M.Si.
Sementara itu, Sekretaris DPRD Kabupaten Deli Serdang juga sudah beberapa kali silih berganti mulai dari Djaman Ginting, SH., kemudian Pangeran Siregar SH, setelah itu Drs. Nur Achmad Siregar, H.M. Rasyid SH, Drs H. Achmad Siregar, dan Drs. Semangat Merdeka Tarigan.

a. Geografis.
Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,62 Km2 Dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.- Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.
b. Topografi.
Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.
Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas :
Dataran Pantai
:
± 63.002 Ha ( 26,30 %) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu). Jumlah Desa sebanyak 64 Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 km.Potensi Utama adalah ; Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.
Dataran Rendah :
± 68,965 Ha ( 28.80 % ) terdiri dari 11 kecamatan ( Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah desa sebanyak 197 desa/kelurahan.Potensi Utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan, dan Perikanan Darat.
Dataran Pegunungan :
± 111.970 Ha ( 44.90 %) terdiri dari 7 kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STMHilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah : Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.
Kabupaten Deli Serdang terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut, dan DAS Ular, dengan luas areal 378.841 HA, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya berada di Kabupaten Simalungun, dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi pertanian.

c. I k l i m.
Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis.Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub tropis.Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September, Oktober, Nopember dan Desember. Angin yang bertiup melalui daerah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0,68 meter/detik, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84 %.
d. Luas Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan
d.1. Luas jenis Tanah Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas :
- Alluvial, Regosol, Organosol : 25.176 Ha
- Hidromorfik Kelabu, Gleihumus : 45.873 Ha
- Andosol Coklat : 44.488 Ha
- Latosol Coklat : 9.306 Ha
- Podsolik Coklat Kekuningan : 51.174 Ha
- Podsolik Merah Kekuningan : 51.982 Ha
- Litosol, Podsolik, Regosol : 10.624 Ha
Jumlah : 240.796 Ha
d.2 Penggunaan LahanSecara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Deli Serdang dapat dibedakan sebagai berikut :
- Perkampungan / Pemukiman : 12.907 Ha ( 5,39 % )
- Persawahan : 44.444 Ha ( 18.56 % )
- Tegalan / Kebun Campuran : 52.897 Ha ( 22.09 % )
- Perkebunan Besar : 54.286 Ha ( 22.67 % )
- Perkebunan Rakyat : 29.908 Ha ( 12,49 % )
- H u t a n : 40.157 Ha ( 16.77 % )
- Semak / Alang-Alang : 670 Ha ( 3.28 % )
- Kolam / Tambak : 1.317 Ha ( 0,55 % )
- Rawa – Rawa : 792 Ha ( 0,33 % )
- Peternakan : 49 Ha ( 0,02 % )
- Lain – Lain : 2,035 Ha ( 0,85 % )
Total : 239.462 Ha
Termasuk di dalamnya lokasi Bandara Udara Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu sebagai pengganti Bandara Udara Polonia Medan ( ± seluas 1.564 Ha ), dan kawasan industri ± seluas 356 Ha.
Penduduk & Kebudayaan
Penduduk Kabupaten Deli Serdang terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain : Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Mandailing, Jawa, Minangkabau dan lain – lain yang pada umumnya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.Akibat pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua wilayah pemerintahan, sudah tentu mengalami perubahan kepada pengurangan jumlah pendudukJumlah Penduduk yang bermukim di daerah ini sampai dengan tahun 2005 diperkirakan sebanyak 1.572.768 Jiwa.dengan laju pertumbuhan penduduk menurut BPS Kabupaten Deli Serdang sebesar 2,74 % dan kepadatan rata – rata 616 jiwa /
Km2.
Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun jumlah penduduk yang besar apabilatidak diupayakan pengembangan kualitasnya dapat merupakan beban bagi pembangunan dan justru dapatmengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Dampak pembangunan terhadap dinamika kependudukan antara lain dapat dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas penduduk yang diindikasikan dari pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, angka ketergantungan umur, median umur, rata-rata anak lahir hidup/rata-rata masih hidup dan angka migrasi, umur perkawinan pertama, pendidikan, dan ketenagakerjaan.